Sumber: Pinterest
“Ibu,
aku ngerasa gaenak badan deh?? Badanku dari kemarin meriang, tenggorokanku
juga gatel-gatel bu. Apa aku kena Corona? Ibu ayooo ke rumah sakitt” ujar Dinda
3 hari setelah berdiam diri di rumah dalam upaya physical distancing.
Eits tunggu dulu, Din! Belum tentu loh kamu positif COVID-19.
Sebenarnya ada penjelasan psikologisnya kenapa kamu tiba-tiba ngerasa gaenak
badan begitu saat diterpa berita-berita COVID-19. Bisa aja ternyata kamu
terlalu parno sama kondisi sekarang sehingga muncul lah gangguan psikis yang
disebut psikosomatik.
Apa itu psikosomatik? Kenapa seseorang bisa terkena
psikosomatik?
Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan
oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau gangguan fisik yang terjadi
sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala
emosi. Gejala psikosomatik terjadi karena tubuh kita mengalami kecemasan
berlebih yang membuat hormone adrenalin terpacu sehingga kondisi mental ikut
terpengaruh dengan memunculkan gejala-gejala fisik. Seperti yang dilansir dari
laman website Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, gejala psikosomatik merupakan
salah satu gangguan jiwa yang paling umum ditemukan dalam praktek umum.
Psikosomatik merujuk kepada penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan
atau psikologis.
Maraknya kasus COVID-19 membuat masyarakat Indonesia
merasa lebih cemas dengan meningkatnya angka masyarakat yang terinfeksi di
Indonesia. Ditambah dengan berita yang dikeluarkan secara besar-besaran oleh
media tentang kasus COVID-19 ini, membuat masyarakat Indonesia menjadi sangat
sensitif terhadap setiap hal dan juga rasa cemas yang berlebihan. Segala macam
informasi yang didapatkan dari sumber manapun diserap begitu saja tanpa melihat
kondisi psikis diri sendiri. Karena hal itu, masyarakat terkadang merasa stres
sehingga menimbulkan rasa tidak enak badan, dan secara tidak langsung
menganggap bahwa dirinya terpapar COVID-19, padahal kenyataannya belum tentu. Gejala
ini bisa kita sebut sebagai gejala psikosomatik.
Seperti ketakutan akan COVID-19 ini, gejala fisik yang
ditimbulkan bisa berupa sesak napas, demam, radang tenggorokan, dan batuk-batuk.
Padahal jika kita melakukan test pun, belum tentu orang tersebut positif
COVID-19. Hanya saja alam bawah sadar seseorang sudah ter-setting seolah
orang tersebut menganggap dirinya terjangkit COVID-19.
Hal yang bisa dilakukan agar
terhindar dari gejala psikosomatik terkait COVID-19 ini adalah dengan tidak
terlalu memikirkan tentang pandemik ini secara berlebihan. Kurangi stress dan
cemas berlebih dengan mencari hal-hal yang membuat kita lebih rileks. Hal ini juga selaras dengan
yang disampaikan oleh seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, Sp.Kj, “Setelah menyadari kita mungkin mengalami cemas berlebih, coba untuk
sadari juga apa yang biasanya kita lakukan untuk menjadi lebih rileks. Tiap
orang memiliki cara berbeda, jadi tidak ada satu hal tertentu yang langsung
bisa cocok untuk semua orang. Sama seperti halnya tiap orang takut akan hal
yang berbeda, maka tiap orang pun bisa rileks dengan cara yang berbeda.”
Nah kira-kira
Communite ada yang pernah ngerasain kayak yang Dinda alamin ga? Belum tentu
dengan mengalami gejala penyakit tertentu kalian terpapar penyakit tersebut,
bisa aja nih kalian mengalami gangguan psikosomatik.
Tapi, jika Communite muncul gejala-gejala fisik, dilarang keras untuk melakukan self-diagnose,
hadapilah dengan swakarantina di rumah selama 14 hari. Namun, jika kondisi
tubuh bertambah parah langsung hubungi hotline yang tersedia agar segera
ditangani. Usahakan untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain untuk
mencegah perluasan virus. Untuk mengurangi desire kita untuk self-diagnose, Communite sebaiknya
mencari informasi-informasi yang sudah berupa fakta dan logis. Bagi Communite
yang mungkin mudah merasa panik, disarankan untuk mengurangi konsumsi berita
tentang COVID-19 ini dan menggantinya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
bisa memberi afirmasi positif bagi tubuh kita.
Stay Healthy dan
Stay at Home ya, Communite! (akb/uly/sas)
Penulis:
Akbarrizal Sukarya
Namratul Ulya Fathulimamah Murdani
Sastri Khalissa Amanda
Penyunting:
Namratul Ulya Fathulimamah Murdani
Kata "desire"-nya lupa di italic kakak
ReplyDelete