Pulang
Oleh
Dara Indah Puspita
Sumber: Namratul Ulya Fathulimamah Murdani
Perihal pulang, yang diidamkan banyak raga.
Rindu yang menyesakkan jadi alasan untuk
berjalan ke peraduan.
Bisingnya semesta jadi penguat untuk
istirahat sejenak.
Ditemani kopi panas yang setia mengepul, segala
rasanya akan mereda.
Perihal
rumah, yang dimiliki sedikit jiwa.
Kadang
terlalu berserakan hal menyakitkan yang tak dapat dihindarkan.
Tak
ada yang dapat menenangkan, selain tatapan teduh memabukkan.
Bersama
dengan harum mahoni, dan pelukan erat yang melindungi.
Perihal kamu, sosok yang nyata tapi tak
dapat aku raih.
Genggam tanganmu seolah meyakinkan bahwa
segala terasa benar.
Menyesapi tiap detik bersama, dan
menyadari kehampaan.
Terima kasih atas kesempatan untuk
merasakan senangnya singgah di rumah,
Dan mencicipi rasanya pulang, berharap
selalu menemukan kecupan singkat bersarang –setelah perjalanan cukup lama
menguras tenaga.
Demi pencarian, yang pada akhirnya
lagi-lagi hanya menemukan kehilangan.
Perihal
pergi, yang pasti akan terjadi.
Kesadaranku
selalu nyalang, bahwa hatimu tak pernah jadi milikku.
Harap
berlebih tak dapat terkendali, hingga aku lupa diri.
Hingga
satu waktu di kemudian hari, kamu melangkah berlalu makin jauh.
Menjemput
anganmu, yang bukan aku -dan tak akan pernah menjadi aku.
Tergores
suatu yang lebih tajam duri dan tak kasat mata,
Lalu
mengapa rasanya seperti mati, melemahkan diri?
0 Comments:
Post a Comment