Sumpah
pemuda melukiskan semangat perjuangan pemuda - pemudi Indonesia ke gerbang
kemerdekaan. Hari bersejarah yang jatuh pada tanggal 28 Oktober tersebut sudah
sepantasnya selalu melekat pada benak para pemuda sebagai generasi penerus
bangsa. Sosok representasi pemuda bangsa saat ini siapa lagi jika bukan
mahasiswa.
Saat
ini mahasiswa memiliki cara tersendiri dalam memaknai dan menyikapi sumpah pemuda,
salah satunya dengan mengaplikasikan isi-isi dari sumpah pemuda yaitu seperti
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menjaga kebudayaan
Indonesia. “mahasiswa itu heterogen dan berasal dari suku dan daerah yang
berbeda memang tak ada salahnya kita menggunakan bahasa daerah masing-masing,
namun ada baiknya saat kita bercengkrama dan berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa indonesia adalah bahasa yang paling tepat dipakai” Ujar
Fajar Surya, Ketua BEM FISIP UB.
Tak
sedikit dari Mahasiswa juga telah menarapkan nilai-nilai dasar ideologi
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan hal yang sering
dianggap remeh oleh kebanyakan orang tetapi menjadi penting karena berdampak
pada perilaku-perilaku lainnya. Nilai-nilai dasar dari ideologi juga merupakan
karakteristik yang menggambarkan ciri khas masyarakat Indonesia yang harus
selalu kita pegang teguh dan lestarikan eksistensinya.
Tetapi
banyak juga yang menganggap hari peringatan sumpah pemuda hanya sebagi angin
lalu. Pengaruh dari kebudayaan barat menjadi salah satu faktor yang membuat
turunnya rasa nasionalisme. Hal ini tak dapat dielakan bagaimana generasi muda
lebih cenderung berkiblat pada budaya asing dibanding budaya sendiri. Kita tak
terlalu menggubris budaya yang kita miliki dan terlalu inferior dengan budaya
asing.
Hal
ini selaras dengan pemikiran Dewanto Putra Fajar, salah satu Dosen Ilmu
Komunikasi “Kalau dari negara kita sendiri tidak percaya berarti kita
dilecehkan dengan produk produk asing. Apalagi masyarakat sekarang banyak yg
bangga akan merek bukan yg membuatnya. Faktanya kita masih di jajah secara
ideologi,budaya,dan lain-lain sifatnya keduniawian itu tadi.”
Kebebasan
beropini merupakan salah satu bentuk nyata dari cerminan sumpah pemuda yang
sering dilakukan oleh Mahasiswa. Kontribusi nyata pemuda melalui suara dan
pendapatnya jelas dibutuhkan negri ini untuk menuju kearah perubahan yang lebih
baik. Hal ini sudah dimulai dari orasi-orasi propaganda yang dilakukan para
pemuda saat masa penjajahan dan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman
secara dinamis.
Mahasiswa
di zaman teknologi, sering kali menggunakan media sosial sebagai sarana untuk
penyampaian aspirasi. Media sosial dianggap sebagai sebuah sarana yang bebas
sehingga Mahasiswa dapat mengutarakan suaranya secara gamblang disana. Hal ini jelas
tak menjadi masalah apabila disandingkan sejajar dengan etika dan norma di
masyarakat serta tak memicu hal-hal yang bersifat provokatif.
“Silahkan
kita mengeluarkan pendapat apa yang kita pikirkan di media sosial tapi
harapannya kita bisa memfilter. Kita bisa sekiranya mengia-ngira apa yang
sepantasnya kita tulis dan kita posting. Apalagi sekarang ada UU ITE itu juga
sebagai pengingat kita untuk tetap menaati etika dan peraturan” Jelas Fajar
surya. (cfa/zhr/al/dym)
0 Comments:
Post a Comment