Ahmad Ahsani Taqwim, Peraih Juara 1 dalam Kompetisi Skenario Film Pendek Parade Film Malang (PFM 2018) |
Malang,
Channel11.COMM – “Sebenarnya
naskah film ini udah ada dari awal tahun.
Cuma iseng-iseng, waktu ngelamun ada ide. Nah, daripada sayang
dibuang, akhirnya aku kirimin. Alhamdulillah
dapet juara,” ungkap Ahmad Ahsani Taqwim
sambil bercerita panjang lebar mengenai kemenangannya.
Mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2016
ini baru saja menyabet
Juara I dalam Kompetisi Skenario Film Pendek Parade Film Malang (PFM 2018).
Naskah buatannya yang berjudul
“Begal” berhasil menyisihkan
97 naskah lainnya dan keluar sebagai
karya terbaik. Hal ini membuat naskahnya berhak untuk dibiayai
selama proses produksi hingga tayang.
Soni,
panggilan akrabnya, mengaku
mengetahui kompetisi ini dari organisasi Sinematografi FISIP UB, Societo, yang ia ikuti. Awalnya, ia
tidak menyiapkan naskah khusus untuk lomba ini. Mendekati batas waktu
pendaftaran, Soni akhirnya memutuskan untuk mengirimkan naskah yang pernah ia buat pada awal tahun 2018. Tidak
disangka, saat pengumuman, karyanya
berhasil menjadi satu diantara enam naskah terbaik.
“Di antara enam naskah itu, tiga di antaranya merupakan
buatan anak FISIP UB,” terangnya, menegaskan bahwa karya mahasiswa FISIP UB
tidak kalah dengan karya sineas
lainnya.
Selanjutnya,
Soni bersama lima
finalis lain mengikuti kegiatan workshop
selama tiga hari. Selama
kegiatan, naskahnya dibedah lagi lebih dalam oleh sineas
profesional. Setelah diperbaiki, naskah
tersebut dipresentasikan di hadapan juri untuk
kembali dinilai hingga
akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang.
“Begal” dianggap layak menang karena memiliki
keunikan yang tidak dimiliki naskah lainnya.
“Bagi
juri, naskah ini sudah sangat matang, siap untuk diproduksi. Naskah ini juga
unik karena mengangkat peristiwa yang sering terjadi di Bangkalan seperti begal
ataupun kekerasan. Naskah ini sebenarnya ingin memberikan pesan anti-kekerasan karena kekerasan menjadi
concern di seluruh dunia,” ungkap pria kelahiran Bangkalan ini
mengenai naskah fimnya. Melihat
kondisi begal yang sering terjadi di kampung halamannya,
Soni mencoba membawa pesan anti-kekerasan dalam tulisannya dengan harapan tidak ada lagi
kekerasan yang terjadi di mana pun dan kepada siapa pun.
Pria
bertubuh tinggi ini mengaku sangat
senang dan tidak menyangka berhasil menjadi pemenang. Pasalnya, selama
kegiatan, naskah film peserta lain lebih sering diperbincangkan. Awalnya,
ia tidak begitu percaya diri. Berbekal keunikan yang dibawa dalam naskahnya,
Soni terus meyakinkan dirinya dan terus berdoa yang terbaik. Hasilnya, ia berhasil membawa pulang juara 1.
Soni
mulai tertarik dengan Sinematografi
sejak duduk di bangku sekolah. Saat itu, ia diberikan tugas untuk membuat film
pendek. Soni yang masih amatir terus berusaha
membuat filmnya sebaik mungkin. Menyadari masih ada kekurangan, ia memutuskan untuk lanjut menekuni sinematografi lewat Societo yang mebuatnya semakin
banyak dan rutin mengikuti lomba film. Pria ini berpesan kepada siapa pun yang
ingin mencoba peruntungannya di dunia sinematografi atau ingin mengikuti lomba
serupa untuk percaya diri. “Percaya dengan kemampuan. Selama naskahmu punya
keunikan gak usah takut. Terus belajar,”
tegasnya. (vik)
Penulis: Fikri Muhammad Nur
Penyunting: Latifah Hanum Khairunnisa
0 Comments:
Post a Comment