Malang,
Channel11.COMM — “Well behaved women
rarely make history.” -Eleanor Roosevelt.
Hari Kamis (8/3), dunia memperingati Hari Perempuan Internasional. Hal ini disambut baik oleh perempuan di
seluruh dunia. Sebelumnya, telah banyak pahlawan perempuan yang turut serta mewarnai sejarah Indonesia, seperti
misal R. A. Kartini yang memperjuangkan kesamaan hak perempuan dan laki-laki
lewat surat-suratnya serta buku miliknya
yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Dewi Sartika dengan Sekolah Kautaman Istri yang dibangun di
Bandung, dan H. R. Rasuna Said yang berperan dalam bidang pendidikan,
pemberdayaan perempuan,
dan jurnalisme nasional. Berkat perjuangan mereka, perempuan Indonesia sekarang
mendapatkan hak
yang setara dengan laki-laki, mulai dari pendidikan hingga pekerjaan.
Hari Perempuan Internasional disambut pula oleh perempuan-perempuan
yang ada di sekitar kita. Izza
Machrusa Syahab, mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB). Izza, begitu ia dipanggil, tidak hanya menempuh pendidikannya di UB, tetapi juga menjadi duta untuk kota asalnya. Perempuan yang
khas dengan hijabnya ini berpandangan bahwa Hari Perempuan Internasional membawa hal positif karena perempuan merasa dihargai dengan perayaan hari tersebut.
Izza beranggapan, peringatan Hari Perempuan Internasional seharusnya menjadikan perempuan lebih berguna dan lebih mengetahui jati diri mereka. “Kita juga sebagai perempuan harus bisa berpikir kreatif, dalam artian nggak hanya punya pemikiran kalau laki-laki itu bisa mempunyai lebih dari segalanya,” ungkap mahasiswi asal Pasuruan itu.
Izza beranggapan, peringatan Hari Perempuan Internasional seharusnya menjadikan perempuan lebih berguna dan lebih mengetahui jati diri mereka. “Kita juga sebagai perempuan harus bisa berpikir kreatif, dalam artian nggak hanya punya pemikiran kalau laki-laki itu bisa mempunyai lebih dari segalanya,” ungkap mahasiswi asal Pasuruan itu.
Selain Izza, ada pula
dosen-dosen wanita yang sangat berjasa dan tak kenal lelah membagi waktu antara menjadi wanita karir dan pekerjaannya di rumah. Nisa Alfira, dosen Ilmu Komunikasi FISIP UB, menganggap peringatan Hari Perempuan Internasional patut untuk diapresiasi. Menurutnya, dalam lingkup sosial, Indonesia masih bersifat patriarki, sifat yang menempatkan laki-laki di atas perempuan dan menimbulkan pemikiran bahwa perempuan tidak memiliki hak andil untuk melakukan aktivitasnya sendiri.
“Yang penting dilakukan di ruang publik, wanita maupun pria, kalau memang mempunyai tujuan untuk mendukung perempuan salah satunya dengan cara menyadarkan publik kehormatan tentang perempuan,” tegas Nisa.
Banyaknya kasus pelecehan seksual membuat rasa takut yang
tidak ada habisnya. Masih banyak perempuan Indonesia yang
diremehkan dan lebih parahnya hingga dilecehkan. Peringatan Hari Perempuan Internasional ini juga membuat kita sadar untuk menghargai dan melindungi perempuan di mana pun.
Nisa juga
menegaskan bahwa kerja sama berbagai pihak dalam mewujudkan lingkungan yang
kondusif bagi perempuan sangat dibutuhkan. “Di
Indonesia,
beberapa pihak masih perlu berkontribusi. Dari akademisi iya, termasuk juga dari mahasiswa, dari pihak-pihak keamanan iya, dari organisasi non pemerintah juga, atau dari komnas-komnas pemerintah maupun non masih harus bersinergi demi menciptakan kondisi ruang publik dan ruang privat yang ideal untuk perempuan,” jelasnya pada Channel11.COMM.
Dari sisi perempuan sendiri pun juga harus bisa menempatkan diri mereka di mana pun dan kapan pun. Izza menyarankan para perempuan perlu menyesuaikan situasi sesuai di mana mereka harus bertindak. “Kamu bisa menjaga diri dengan cara ucapan, berpakaian, dan bergaul. Semuanya mempunyai cara tersendiri, nggak bisa seenaknya. Kamu boleh jadi dirimu sendiri, tapi juga harus mengetahui posisi di mana sedang berada,” ungkapnya. [drey/zak]
Penulis :
Audrey Tiara Faddila
Audrey Tiara Faddila
Zaky Fathurrahman
Penyunting :
Latifah Hanum Khairunnisa
0 Comments:
Post a Comment