Ujian Tengah Semester (UTS) usai. Satu beban di
semester genap ini telah berhasil terlewati. Namun, bukan berarti kita memiliki
waktu untuk berleha-leha. UAS sudah menanti kita di depan mata. Tidak hanya
soal sensasi pelaksanaan UAS yang menjadi keresahan kita dewasa ini. Lebih dari
itu, yang menjadi keresahan utama kita adalah waktu pelaksanaan UAS tersebut.
Jadwal UAS yang tercatat dalam kalender akademik,
dirasa kurang sesuai karena berbenturan dengan Hari Raya Idul Fitri yang
menjadi salah satu acara penting bagi umat muslim khususnya. Terlebih lagi bagi mahasiswa yang berasal dari luar
Malang yang harus menentukan jadwal pulang mereka jauh-jauh hari dengan ongkos yang tidak sedikit tentunya.
Selain itu konsekuensi yang harus diiterima oleh
mahasiswa dari jadwal UAS yang dilaksanakan H+7 idul fitri tersebut adalah
salah satunya mahasiswa luar malang harus bolak-balik ke Malang dengan tiket
semua kendaran yang masih mahal serta kemacetan karena arus balik bagi pengguna
kendaraan darat, untuk mengikuti UAS. Lalu, kembali lagi ke kampong halaman
untuk libur semester. Konsekuensi ini yang dirasa berat oleh mahasiswa pada
umumya, dengan alasan paling dominan adalah masalah biaya. Oleh karena itu, problematika
mengenai jadwal pelaksanaan UAS dianggap krusial untuk segera diatasi.
Langkah yang kemudian diambil oleh Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Universitas Brawijaya (UB).yaitu dengan membagikan kuesioner
online yang diinfokan via official
account (OA) DPM UB yang berisi voting beserta alasan mengenai jadwal
UAS akan dilaksanakan setelah atau sebelum idul fitri.
Dari hasil kuesioner,tercatat 9.151 responden
berpartisipasi didalamnya. Aspirasi dari mahasiswa itu lalu diserahkan kepada
Wakil Rektor (WR) I UB dan dijadikan bahan pertimbangan dalam rapat WR I dan
Wakil Dekan Bidang Akademik se-UB yang menghasilkan satu keputusan yaitu UAS
semester genap 2017 resmi di majukan menjadi sebelum Idul Fitri dan minggu
tenang ditiadakan.
Dengan diubahnya jadwal pelaksanaan UAS menjadi
sebelum lebaran ini, maka akan mengefisiensikan pengeluaran materi dari tiap
mahasiswa. Mahasiswa luar Malang tidak perlu bolak-balik ke Malang,serta dapat
beristirahat di kampung halaman tanpa memikirkan beban UAS sembari menunggu
jadwal semester berikutnya. Mengenai minggu tenang yang biasanya terjadwal satu
minggu sebelum pelaksanaan UAS , kini ditiadakan karena jadwal yang seharusnya untuk pelaksanaan minggu
tenang, diubah menjadi jadwal pelaksanaan UAS.
Disamping keefektivan dimajukannya jadwal pelaksanaan
UAS, ternyata masih juga menimbulkan dampak kurang baik bagi beberapa
mahasiswa. Polemik UAS tetap terjadi.
“Plusnya kita gak bolak-balik, tapi
dengan UAS dipercepat, kasian juga nanti baru H-3 lebaran baru pulang.“ ujar
Dinia Insana ketua Himpunan Ilmu Komunikasi UB. ,
“Sebagai
anak rantau gak memungkinkan untuk ngerasain
puasa bersama keluarga, karena UAS selesai mepet lebaran.” tambah Aniki salah satu mahasiswa ilmu komunikasi
asal Bekasi ini.
Tidak berhenti sampai disitu, dengan jadwal UAS yang
mendekati hari raya tersebut, secara otomatis harga tiket untuk kembali ke
kamung halaman naik dan harus berebut karena bertepatan dengan arus mudik.
Terlebih lagi,tiket yang telah dipesan jauh-jauh hari terpaksa harus dibatalkan
dan harus reschedule untuk pemesanan
tiket kembali.
Polemik UAS tidak hanya terjadi pada
mahasiswa ilmu komunikasi saja, salah satu mahasiswa dari fakultas kedokteran , Anis, mengemukakan bahwa jadwal praktikum
serta tugas akhir harus dikebut agar
sebelum UAS semua sudah terlaksana.
Sebuah keputusan yang diambil ,
meski dirasa sudah terbaik, tetap saja akan tetap memiliki dampak negatif
.Termasuk dimajukannya pelaksanaan UAS ini. Jadi, bijak-bijaklah dalam
mengambil sisi positif dari sebuah keputusan
yang telah disepakati. [Rey]
0 Comments:
Post a Comment