Home Tentang Kami Berita Feature Komtribusi Komspiratif E-Bulletin Advo Info Instagram Our Videos
image1 image2 image3

SELAMAT DATANG DI CHANNEL11.COMM|LAMAN RESMI HIMANIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA|KABINET KOLABORASI

Don't Panic It's A Trick: Psikosomatik


Sumber: Pinterest

“Ibu, aku ngerasa gaenak badan deh?? Badanku dari kemarin meriang, tenggorokanku juga gatel-gatel bu. Apa aku kena Corona? Ibu ayooo ke rumah sakitt” ujar Dinda 3 hari setelah berdiam diri di rumah dalam upaya physical distancing.

Eits tunggu dulu, Din! Belum tentu loh kamu positif COVID-19. Sebenarnya ada penjelasan psikologisnya kenapa kamu tiba-tiba ngerasa gaenak badan begitu saat diterpa berita-berita COVID-19. Bisa aja ternyata kamu terlalu parno sama kondisi sekarang sehingga muncul lah gangguan psikis yang disebut psikosomatik.

Apa itu psikosomatik? Kenapa seseorang bisa terkena psikosomatik?

Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi. Gejala psikosomatik terjadi karena tubuh kita mengalami kecemasan berlebih yang membuat hormone adrenalin terpacu sehingga kondisi mental ikut terpengaruh dengan memunculkan gejala-gejala fisik. Seperti yang dilansir dari laman website Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, gejala psikosomatik merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling umum ditemukan dalam praktek umum. Psikosomatik merujuk kepada penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan atau psikologis.

Maraknya kasus COVID-19 membuat masyarakat Indonesia merasa lebih cemas dengan meningkatnya angka masyarakat yang terinfeksi di Indonesia. Ditambah dengan berita yang dikeluarkan secara besar-besaran oleh media tentang kasus COVID-19 ini, membuat masyarakat Indonesia menjadi sangat sensitif terhadap setiap hal dan juga rasa cemas yang berlebihan. Segala macam informasi yang didapatkan dari sumber manapun diserap begitu saja tanpa melihat kondisi psikis diri sendiri. Karena hal itu, masyarakat terkadang merasa stres sehingga menimbulkan rasa tidak enak badan, dan secara tidak langsung menganggap bahwa dirinya terpapar COVID-19, padahal kenyataannya belum tentu. Gejala ini bisa kita sebut sebagai gejala psikosomatik.

Seperti ketakutan akan COVID-19 ini, gejala fisik yang ditimbulkan bisa berupa sesak napas, demam, radang tenggorokan, dan batuk-batuk. Padahal jika kita melakukan test pun, belum tentu orang tersebut positif COVID-19. Hanya saja alam bawah sadar seseorang sudah ter-setting seolah orang tersebut menganggap dirinya terjangkit COVID-19.

            Hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari gejala psikosomatik terkait COVID-19 ini adalah dengan tidak terlalu memikirkan tentang pandemik ini secara berlebihan. Kurangi stress dan cemas berlebih dengan mencari hal-hal yang membuat kita lebih rileks. Hal ini juga selaras dengan yang disampaikan oleh seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, Sp.Kj, “Setelah menyadari kita mungkin mengalami cemas berlebih, coba untuk sadari juga apa yang biasanya kita lakukan untuk menjadi lebih rileks. Tiap orang memiliki cara berbeda, jadi tidak ada satu hal tertentu yang langsung bisa cocok untuk semua orang. Sama seperti halnya tiap orang takut akan hal yang berbeda, maka tiap orang pun bisa rileks dengan cara yang berbeda.”

Nah kira-kira Communite ada yang pernah ngerasain kayak yang Dinda alamin ga? Belum tentu dengan mengalami gejala penyakit tertentu kalian terpapar penyakit tersebut, bisa aja nih kalian mengalami gangguan psikosomatik.

Tapi, jika Communite muncul gejala-gejala fisik, dilarang keras untuk melakukan self-diagnose, hadapilah dengan swakarantina di rumah selama 14 hari. Namun, jika kondisi tubuh bertambah parah langsung hubungi hotline yang tersedia agar segera ditangani. Usahakan untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain untuk mencegah perluasan virus. Untuk mengurangi desire kita untuk self-diagnose, Communite sebaiknya mencari informasi-informasi yang sudah berupa fakta dan logis. Bagi Communite yang mungkin mudah merasa panik, disarankan untuk mengurangi konsumsi berita tentang COVID-19 ini dan menggantinya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa memberi afirmasi positif bagi tubuh kita.

Stay Healthy dan Stay at Home ya, Communite! (akb/uly/sas)

Penulis:
Akbarrizal Sukarya
Namratul Ulya Fathulimamah Murdani
Sastri Khalissa Amanda

Penyunting: 
Namratul Ulya Fathulimamah Murdani

Share this:

CONVERSATION

1 Comments: