Hari itu terasa menyebalkan bagi Rio.
Tugas yang semalaman susah-payah ia kerjakan
ternyata dianggap salah oleh dosen sehingga perlu revisi. Ditambah lagi baju kotor di kos yang menumpuk belum
tersentuh sama sekali sejak sebulan lalu, bahkan saldo di ATM yang semakin dekat ke angka Rp 0., membuatnya pusing tujuh keliling. Jauh dari orangtua
membuatnya harus benar-benar mandiri menghadapi dinamika kehidupan kampus.
Sengatan matahari di siang hari itu
semakin membuat Rio ingin meledak. Dengan tergesa-gesa dia
berjalan menuju jalan raya, tempat pemberhentian sementara jemputan
kesayangannya. Mikrolet. Semilir angin di tengah perjalanan membuatnya reflek
menoleh ke rumah bernuansa putih di sebelah
kanan jalan. ‘Pasti rumah itu bangunan Belanda’, bisiknya dalam hati. Dia mengamati
interior luar rumah tersebut yang memiliki jendela berbentuk besar, lantai bermotif lawas, dan halaman
hijau luas di depannya yang ditumbuhi ilalang tinggi-tinggi.
“Ssshhh … ”
Angin kencang berhembus ketika dia berhenti
mengamati seorang gadis berpakaian serba hitam dari atas hingga ujung kaki yang
sedang bersantai di depan rumah. ‘Aduh
ngapain sih jadi salah fokus liatin cewek dan rumah serem itu, aku kan pengen buru-buru tidur’, batin Rio sambil memukul kepalanya perlahan dan
bergegas melanjutkan perjalanannya menemukan bapak-bapak sopir mikrolet.
Ternyata penumpang
angkutan umum hari itu sedang sepi. Rio dengan mudah bisa mendapatkan mikrolet
yang lengang untuk menuju kosnya. Duduk di bangku tepat
belakang sopir, membuatnya bisa menikmati pemandangan di sepanjang jalan.
Sebelum meninggalkan
lampu merah pertama yang terletak di jalan Mawar, Rio kembali melihat gadis di
rumah peninggalan Belanda tadi. Dia berdiri di
ujung jalan dan melambaikan tangan, mencoba untuk mencegat mikrolet yang Rio
naiki.
Mikrolet ini
berjalan begitu lambat, sehingga membuat Rio
bisa mengamati detail gadis berhawa misterius itu. Gadis itu berambut panjang lurus
melewati bahu dan memiliki poni yang menutupi mata kirinya, mengenakan dress selutut berwarna hitam polos, tas
selempang dan sepatu hitam, juga menenteng payung hitam. Rio keheranan melihat
dandanan gadis itu serta tingkah bapak
sopir yang tak segera memberhentikan mikrolet agar gadis itu bisa naik.
Mikrolet terus melaju seolah tak menghiraukan lambaian gadis itu.
Beberapa meter dari situ, terdapat
segerombolan anak SMA yang juga ingin memberhentikan angkutN ini. Anehnya, kali ini sang
sopir mikrolet langsung berhenti tepat di depan mereka. Melalui kaca belakang mikrolet, Rio masih bisa menyaksikan
gadis misterius tadi. Namun, gadis itu tidak segera berlari atau berjalan
menuju mikrolet ini, padahal dia tadi melambaikan tangannya.
Mikrolet pun melanjutkan perjalanannya membelah kota. Jarak
antara kos Rio dengan kampus memang cukup jauh. Diperlukan waktu sekitar satu jam untuk pulang-pergi
dari kos ke kampus,
begitu pula sebaliknya. Setelah
melewati jalan Mayjend Panjaitan, mikrolet menuju arah dekat jalan Veteran. Mikrolet berhenti lagi karena mendapatkan penumpang
sepasang kekasih di ujung jalan.
Sebelum mikrolet sampai di ujung jalan, tempat sepasang kekasih yang juga ingin naik mikrolet
itu berada, ternyata ia melihat sosok yang mulai tak asing di matanya. Lagi-lagi
sedang melambaikan tangannya. Sosok itu terlihat pucat pasi dan tersenyum ke
arah Rio. ‘Ya ampun … itu kan gadis yang tadi,’ pikirnya heran.
Sontak, Rio memberhentikan mikrolet. Dia
terlalu penasaran dengan gadis tersebut. Bagaimana dia dengan tatapan kosong
duduk sendirian di rumah Belanda yang begitu besar dan seram, bagaimana dia
hanya berdiri di pinggir jalan sambil melambai tangan tanpa berlari mengejar ketika mikrolet tak berhenti tepat di
depannya, bagaimana di siang hari yang terik dia justru memakai pakaian serba
hitam bahkan membawa payung berwarna hitam, dan
bagaimana-bagaimana yang lain yang bermunculan di
kepala Rio. Dia tak ingin menambah pikiran dan beban hidup karena penasaran
dengan gadis yang satu ini.
Usai turun dan membayar, Rio langsung
membalikkan badannya mencari gadis itu. Tapi gadis itu menghilang. Diedarkannya
pandangan ke seluruh penjuru jalan Veteran, namun gadis itu tak kunjung dia
temukan. Rio juga mencoba menanyakan keberadaan gadis itu pada orang di
sekitar.
Tiba-tiba dia melihat
bapak tukang bakso keliling berdiri tepat di depan Rio dan memegang pundaknya.“Nak,
makhluk halus itu tidak hanya menampakkan wujudnya pada malam hari saja, ia juga
bisa keluar pada siang hari. Jangan
lupa banyak berdoa dimanapun dan kapanpun kamu
berada ya,” Pesan sang bapak.
Rio hanya
bisa linglung dibuatnya.
“Mari, Nak … Bapak permisi
dulu,” Pamit bapak tukang bakso. Lagi-lagi, Rio
hanya bisa melemparkan pandangan ke sekeliling. Tak ditemuinya lagi gadis
berpakaian serba hitam yang misterius itu. (arn & nzl)
Artikel Yang Bagus Gan ^_^
ReplyDeleteIjin Comment Ya Gan ^_^
Terima Kasih Gan ^_^
BANDAR TOGEL
POKER ONLINE
CASINO LIVE
SABUNG AYAM
SLOT GAMES SERU
Sportbook
Join dan daftar sekarang juga
Dengan 1 user id saja, anda sudah bisa bermain semua permainan yang tersedia di TOPBET4D
◆
Ada bonus selamat datang 10% dan promo cashback sampai sebesar 15%!So,,tunggu apalagi?
Gabung skrg jg guy's!
◆
Daftar sekarang juga disini, informasi selanjutnya bs menghubungi cs kami di:
LIVE CHAT 24 JAM
Line : topbet4d
Instagram : topbet4d_official
Whatsapp : +62 823 2380 0706
#togel #dirumahaja #hokiterus #jokerhoki #jokerslot #parlay #bolajudi #judionline #boterpercaya #haruswd #idn