Tanpa
disadari manusia selama ini hidup berdampingan dengan monster-monster semacam
vampir, iblis,
dan manusia serigala,
yang berbaur dengan kehidupan normal dengan misi menemukan cawan suci yang mampu memberikan keabadian untuk
menjajah manusia. Kemudian muncullah sekelompok manusia terpilih yang menamakan
dirinya ‘Pemburu Bayangan’, yang bertugas membasmi
makhluk-makhluk tersebut. Anehnya, mereka sendiri tidak tahu dimana cawan itu
berada, sampai mereka menemui
seorang gadis yang tahu dimana keberadaan
cawan tersebut.
Kejadian
itu tentu bukanlah kenyataan. Cerita ini
terangkum dalam film berjudul “The Mortal
Instrument: City of Bones”. Film yang dibintangi oleh Lily Collins sebagai
Clary dan Jamie Campbell Bowyer sebagai Jace ini sukses meledak di pasaran
berkat perpaduan sci-fi, action, fantasi,
drama, dan mitos, menjadikannya sebuah film yang cukup
menghiasi pasaran.
Berbicara
tentang himpunan mahasiswa tak lepas dari peran dari sebuah wadah yang memiliki
visi menyatukan seluruh lapisan mahasiswa suatu jurusan atau program studi
dalam satu cita-cita bersama. Menurut
KBBI, himpunan adalah suatu
perkumpulan. Singkatnya, himpunan mahasiswa adalah perkumpulan mahasiswa,
dengan tujuan bersatu dalam satu himpun tanpa terdapat kepentingan apapun.
Namun
detik ini pernahkah kita bertanya-tanya, sejalankah semua ini dengan realita
saat ini? Dalam kacamata saya, himpunan adalah ‘Pemburu Bayangan’ berwujud organisasi
mahasiswa yang berusaha mati-matian membasmi monster bernama dominasi,
diskriminasi,
dan perpecahan dalam lingkup mahasiswa. Banyak usaha dilakukan, mulai dari
menggaet sosok-sosok terpilih yang dianggap
bisa menjadi wakil untuk duduk di struktural himpunan hingga mengadakan event yang melibatkan
seluruh mahasiswa lintas angkatan. Namun berbagai usaha tersebut tidak
serta-merta berhasil seutuhnya.
Masih
banyak yang beranggapan bahwa
himpunan merupakan simbol dari ekslusivitas
dari sekelompok mahasiswa ‘terpilih’, kesenjangan yang
makin melebar,
dan lainnya,
yang membuat himpunan justru mendapat cap buruk di mata segelintir mahasiswa.
Seperti halnya Simon, sahabat Clary yang meragukan ‘Pemburu Bayangan’ dalam film tersebut.
Namun, pada akhirnya, hasil tak akan
mengkhianati usaha. Sudah menjadi tugas bagi himpunan untuk menghimpun seluruh
lapisan mahasiswa tanpa terkecuali. Mungkin
jika bukan hari ini, kelak akan tiba masanya
tak ada lagi dominasi, perang dingin antarkubu,
dan diskriminasi antarmahasiswa jika semua berjalan sebagaimana
mestinya. Yang tersisa adalah butiran kasih dan persaudaraan erat. Bahkan bukan
hal mustahil seandainya
cerita tentang himpunan akan ditutup indah seperti kisah Clary dan Jace yang
menemukan ikatan sesungguhnya. (rkt)
0 Comments:
Post a Comment