Home Tentang Kami Berita Feature Komtribusi Komspiratif E-Bulletin Advo Info Instagram Our Videos
image1 image2 image3

SELAMAT DATANG DI CHANNEL11.COMM|LAMAN RESMI HIMANIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA|KABINET KOLABORASI

FISIP UB Krisis Kenyamanan Belajar

Situasi ruang kelas di FISIP UB

MALANG, Channel11.COMM Listrik sering mati, tidak semua AC dalam kelas menyala, hingga LCD yang tidak berfungsi secara maksimal, sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB)  beberapa minggu terakhir. Kenyamanan belajar di Kampus Jingga mulai diragukan. Berbagai pertanyaan muncul di kalangan mahasiswa, mulai dari pertanyaan candaan seperti, “ke mana UKT kami larinya kalau fasilitasnya saja begini?” hingga,  “apakah pengelolaan fasilitas di FISIP baik-baik saja?”

Channel11.COMM melakukan survei melalui official account Instagram @channel11.comm mengenai kenyamanan belajar di FISIP UB. Hasil survei menunjukan, 86% dari 78 koresponden menjawab bahwa saat ini, FISIP tidak nyaman untuk belajar. Alasan yang diberikan beragam, mulai dari kelas yang panas karena AC yang tidak menyala, suara kipas angin yang berisik dan mengganggu, banyaknya sampah di berbagai sudut fakultas, bangku kelas yang rusak, LCD yang tidak berfungsi, hingga wifi yang lelet koneksinya.

“Aku masih suka lihat sampah berserakan di tangga dan kantin FISIP,”ujar Elma Yolanda, Communite 2018. “Menurut aku sih, fasilitasnya kurang memadai. Terlebih karena warga FISIP kurang taat peraturan, terutama masalah sampah, padahal tempat sampah tuh sudah banyak,” tambahnya.
“Belajar di FISIP belum bisa dibilang nyaman sih. Tapi ada beberapa tempat seperti gazebo kecil atau gazebo belakang yang nyaman buat belajar selain di kelas. Untuk belajar, FISIP bukan pilihan utama, lebih mending di luar kayak cafe atau kost-an,” akuan lain dari Max, Communite 2017.

Channel11.COMM menemui Yoga Prabowo dari Unit Umum dan Perlengkapan FISIP UB untuk menjawab kegelisahan akan kenyamanan kelas. Dimulai dengan pertanyaan tentang AC di kelas yang sering tidak dapat digunakan atau hanya satu dari dua AC yang berfungsi, pria yang akrab disapa Yoga ini menjawab pertanyaan kami dengan tenang, “sama seperti di rumahmu, kalau tegangannya tidak mencukupi, pasti harus ada yang dikurangi. Di FISIP pun begitu. Trafo kita hanya 200 kPa, sedangkan daya AC 2 PK itu hampir 3.000 Watt. Bandingkan saja jika satu kelas ada dua AC, itu sudah 6.000 Watt, lalu dikalikan total 36 kelas yang ada di FISIP,” ungkapnya. “Intinya, kita kurang daya, makanya AC kita matikan salah satu. Memang ada kurang pertimbangan dari perancangan gedung ketika dibangun dulu yang berdampak hingga sekarang. Nggak hanya di kelas saja, kita juga mengurangi penggunaan AC di semua ruangan. Insya Allah tahun depan kita akan beli trafo baru dengan 300 kPa untuk mengatasi semuanya.”

Kurangnya perhitungan ketika pembangunan gedung dan daya listrik ketika membeli AC diakui Yoga sebagai faktor yang mempengaruhi tidak maksimalnya fungsi dari fasilitas yang disediakan oleh pihak fakultas. Ketika sebelumnya dua AC di dalam kelas dipaksa menyala, yang terjadi adalah sering terjadinya mati-hidup listrik di FISIP. Hal ini akan dilakukan hingga FISIP mempunyai trafo baru yang lebih dari sekarang. “Nuswantara pun dikurangi pemakaian AC-nya, biasanya hanya empat yang menyala,” tambah Yoga.

Tidak hanya AC, LCD dalam kelas juga termasuk salah satu fasilitas yang dikeluhkan mahasiswa berdasarkan survei yang Channel11.COMM lakukan. Mengenai LCD, Yoga tidak berkomentar banyak. “LCD kita sifatnya untuk laptop dengan software Windows, bukan Apple. Selain itu, terkadang mahasiswa atau dosen menancapkan kabelnya tergesa-gesa, nggak dilihat dulu, makanya jadi banyak yang bengkok. Untuk itu, kita ke depannya ingin mengajukan menggunakan kabel HDMI,” jelasnya.

Berbagai keluhan sudah datang menyapa baik dari mahasiswa maupun dosen. Yoga mengaku dalam seminggu, ia bisa mendapatkan empat hingga sepuluh keluhan yang masuk ke ponselnya. Pasalnya, nomor ponsel pria bertubuh tegap ini terpampang di setiap pintu fasilitas yang ada di FISIP UB jika ingin memberikan kritik dan saran seputar fasilitas fakultas. Meski demikian, Yoga sendiri tidak dapat memastikan kapan keluhan-keluhan tersebut akan berhenti. “Insya Allah tahun depan,” ujarnya. “Kalau trafo sudah datang, bisa kita langsung nyalakan semuanya.”

Pertanyaan candaan seperti, “ke mana UKT kami larinya kalau fasilitasnya saja begini?” ditanggapi secara ringan oleh Yoga. Baginya, persoalan pendanaan merupakan urusan pimpinan dan bagian keuangan. Unit Umum dan Perlengkapan hanya mengatur masalah pemakaian, perawatan, dan mengupayakan pengurangan efek yang ditimbulkan akibat kurangnya daya listrik yang masih terjadi. Ia akan menampung seluruh keluhan dan masukan. Perbaikan akan dilakukan berdasarkan prioritas agar sesuai dengan anggaran.
“Anggaran itu tergantung perencanaan. Perencanaan anggaran tahun 2019 sudah mulai dilakukan sekarang. Seumpama kita buat perkiraan perawatan untuk sepuluh AC, tapi ternyata lebih dari itu, kita nggak bisa gerak, harus cari dari sisa dana lain yang berlebih. Prioritas kami saat ini adalah menambah daya agar listriknya tidak mati-hidup,” jelas Yoga.

Fasilitas di FISIP UB bukan hanya tanggung jawab Yoga maupun Unit Umum dan Perlengkapan, melainkan tanggung jawab seluruh warga FISIP UB yang menggunakan dan menikmatinya. Meskipun Unit Umum dan Perlengkapan FISIP UB bertanggung jawab terhadap kenyamanan yang masih harus diperbaiki, warga FISIP selaku yang menggunakan fasilitas juga wajib menjaga kenyamanan tersebut. Akan tetapi, kapan kita bisa merasa nyaman 100% belajar di Kampus Jingga? [nis/ds/ta]

Penyunting:
Athaya Nadjla A.

Share this:

CONVERSATION

0 Comments:

Post a Comment